Metode Paired Storytelling



Keterampilan Mendongeng dengan Menggunakan Metode Paired Storytelling
Oleh : Lia Andriani. Harahap


            Latar Belakang 
Dalam setiap proses pendidikan selalu melibatkan pendidik dan siswa. Maka diperlukan hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa, sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Suatu aktivitas pembelajaran melibatkan kemampuan fisik, kemampuan mental, dan kemampuan sosial. Cara guru mengajar melibatkan peranan, inisiatif, dan keikut sertaan siswa yang tinggi dalam menetapkan masalah, mencari informasi, Selain dari kegiatan berbicara, manusia juga pasti punya pengalaman, baik pengalaman yang menyedihkan, menyenangkan, mengesalkan, menyebalkan, membahagiakan, dan lain-lain. Semua pengalaman itu dapat dituangkan manusia melalui tulisan atau melalui lisan atau keduanya. Manusia dalam mengekpresikan pengalamannya dengan tulisan dapat berupa puisi, cerpen, catatan harian atau yang lainnya.
Manusia senang sekali bercerita, cerita tentang hidupnya atau tentang hidup orang lain. Namun, dua kegiatan itu baik berbicara maupun bercerita memerlukan pembelajaran dan pelatihan agar lebih baik dan terbiasa. Menurut Tarigan seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis. Namun, berbicara dalam hal ini ekspresi lisan cenderung kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap dan lebih kacau serta membingungkan dibandingkan tulisan.
Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh tidaknya ia berbicara. Untuk itulah, sudah seharusnya di sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama, membekali peserta didiknya dengan memperbanyak latihan-Iatihan keterampilan berbicara terampil. menurut Yudha dan Rudhyallto "Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)
Dalam keterampilan berbicara ada metode yang dapat meningkatkan pola belajar anak , agar anak tidak takut, khawatir , malu dan punya percaya diri salah satunya metode paired storytelling, dimana anak diminta untuk bekerjasama atau berkelompok dalam mengerjakan tugas atau membuat suatu cerita yang nantinya akan diceritakan/ di dongengkan di depan kelas. Keterampilan mendongeng masuk pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII , dimana keterampilan mendongeng ini meminta anak untuk berani dalam bersikap dan memiliki karakter dalam dirinya, jika hanya menceritakan pengalaman – pengalam menarik saja anak tidak akan maju dan terampil , saya sebagai guru membuat satu peneliti dimana tingkat keberanian dan kemampuan anak dalam berbicara rata – rata menurun karna diakibatkan kurangnya keberanian dan gaya guru dalam mengajar tidak ada metode – metode baru yang dikembangkan.
Untuk itu saya sebagai guru ingin mencoba dan berbagi dalam pembelajaran baik untuk guru yang mengajar Pendidikan Usia Dini sampai Tingkat SLTA/SMK, dan pada setiap mata pelajaran dari Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA , PKN, IPS , sampai Agama maupun Sejarah dapat menggunakan metode paired storytelling atau pembelajaran koorporatif , mungkin untuk daerah perkotaan pembelajaran koorperatif ini sudah tidak asing lagi, beda dengan pedesaan , dimana anak – anak dipedesaan dengan budaya yang berbeda – beda maka keberaniannya pun belum bisa di uji , jika tidak ada keberanian seorang guru dalam meningkatkan pembelajarannya dengan menggunakan metode – metode yang dapat membuat anak lebih terampil dan berani juga mau bekerja sama.
Dengan cara keterampilan mendongeng inilah anak diminta untuk lebih kreatif , berani mampu bekerjasama dengan sesama temannya, sehingga kualitas pembelajar dan mengajar akan terlihat jelas dan lebih berpacu pada tingkat keberhasilan anak maupun guru.

Pembahasan 
  
Salah satu upaya menciptakan suasana belajar untuk kegiatan bercerita yang koperatif interaktif, inspiratif, aktif dan menyenangkan hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri, mencoba menganalisis serta berdiskusi melalui interaksi dengan kelas maupun dengan anggota kelompok sehingga akan tercipta kegiatan pembelajaran yang bermakna. Hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang mampu mengaktifkan suasana kelas sekaligus memotivasi siswa dalam kemandirian belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi rendahnya tingkat kemampuan siswa terhadap keterampilan berbicara yaitu model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling.
Perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran paired storytelling pada pembelajaran cerita siswa SMP kelas VIII. Model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling diharapkan dapat menjadi inovasi baru yang lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran melalui penugasan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Huda berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling merupakan model pembelajaran yang tepat digunakan untuk pembelajaran berbicara. Pada prinsipnya, model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling merupakan model pembelajaran interaktif, karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
Lie berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna[1]. Selain itu, siswa bekerjasama dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk semua tingkatan usia peserta didik. kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk semua tingkatan usia peserta didik. .
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui keaktifan pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling terhadap kemampuan bercerita anak, dengan kemampuan mendongeng.
Namun, pada umumnya pembelajaran keterampilan mendongeng di Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI KOPO Kelas VII kurang maksimal, guru mencoba rnenerapkan pembelajaran mendongeng dengan menggunakan metode paired storytelling, untuk meningkatkan keterampilan berbicara yang akan mencapai ketahapan yang lebih baik lagi, untuk membantu siswa supaya tidak gugup atau merasa takut ketika maju kedepan, dan tidak malu bertanya, serta menambahkan rasa percaya diri
dalam berkomunikasi.Kekurangan kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi cerita umumnya disebabkan karena daya imajinasi siswa untuk menangkap penjelasan guru secara menyeluruh masih rendah. Sehingga cerita yang disampaikan guru tidak dapat diceritakan kembali sepenuhnya oleh siswa.untuk itu guru mencoba mengajak siswa untuk bisa berinteraksi dengan teman sebangkunya dalam memahami metode isi cerita dengan mendongeng melalui metode paired storytelling.
Masalah lain yang muncul adalah pada umumnya, siswa yang tampil adalah siswa yang mempunyai keberanian lebih dibandingkan teman-temannya yang lain. Keberanian mereka yang berbeda-beda disebabkan oleh potensi keterampilan bercerita mereka relatif bervariasi. Ada sejumlah siswa yang sudah mampu menyatakan keinginan, perasaan senang, perasaan sedih, perasaan sakit, secara lancar. Pada sebagian siswa yang lain, ada yang belum mampu menyatakan pendapatnya secara runtut, bahkan di antaranya ada yang gagap dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya
Padahal keterampilan bercerita bagi siswa merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting untuk dikuasai. Apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial yang berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu. Keterampilan berbahasa lisan tersebut akan memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Metode paired storytelling (bercerita berpasangan) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antera siswa, guru, dan bahan pengajaran. Guru yang menggunakan metode ini harus memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sebagaimana tujuan paired storytelling. Dengan metoda ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
Pemilihan metode paired storytelling (bercerita berpasangan) dalam pembelajaran bercerita tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Dengan menerapkan metoda ini, siswa akan termotivasi dan bekerja sarna untuk tampil bercerita. Dalam kelompok tersebut, mereka harus bekerja sama untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam bercerita akan memotivasi siswa lain yang kurang terampil berbicara di depan kelas. Menurut Echols storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling berarti penceritaan. Penggabungan dua kata storytelling berarti penceritaan cerita atau menceritakan cerita[2]. Selain itu, storytelling disabut juga bercerita atau mendongeng seperti yang dikemukakan oleh Malan, mendongeng adalah bercerita berdasarkan tradisi lisan. Storytelling merupakan usaha yang dilakukan oleh pendongeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak anak secara lisan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan metode ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya. Paired storytelling merupakan salah satu tipe pembelajaran koperatif. Pembelajaran kooperatif atau cooperative Learning mengacu pada teknik pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Hal ini tepat ketika Arends menyatakan bahwa sistem rewardnya pembelajaran kooperatif berorientasi pada individu dan kelompok, Karena kesuksesan individu akan menentukan kesuksesan kelompok, dan sebaliknya.
Dalam model pembelajaran kooparatif guru meminta siswa untuk bercerita melalui dongeng-dongeng yang ada dalam buku cerita dongeng rakyat, fable maupun dongeng lainnya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia dongeng diartikan sebagai cerita yang tidak benar -benar terjadi, dongeng adalah suatu kisah fiktif yang bisa juga diambil dari kisah asli atau sejarah kuno yang dibentuk dari unsur tertentu. Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh si empunya, ",cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat. Dongeng di ceritakan terutama untuk hiburan , walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran.
Secara teoritis penelitian terhadap keefektifan paired storytelling dapat memberikan manfaat dalam pengembangan keterampilan berbicara bahasa Indonesia berikutnya. Adapun teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks naratif, dan aktivitas yang dilakukan siswa dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi berbicara adalah retelling stories atau menceritakan kembali cerita-cerita. Teks naratif adalah teks yang mengungkapkan cerita pada masa lampau yang mungkin bisa terjadi, atau benar-benar tidak terjadi atau kejadiannya di luar jangkauan manusia, dengan kata lain cerita fiksi yang terdiri dari legenda, mitos, dongeng, dan lain-lain.

Pada saat ini peneliti memakai Penelitian yang menuntut adanya perkembangan. Menurut Arikunto, penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasinya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Karakteristik utama penelitian ini adalah partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota sasaran. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang 'dicoba sambil jalan' dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
Penelitian tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak yang terkait. Jika penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, pihak yang terkait adalah, antara lain, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa. Tujuan meningkatkan dan melibatkan dalam penelitian tindakan hendaknya saling menunjang, karena pada dasarnya penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian sosial. Pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan praktik yang sedang diteliti hendaknya dilibatkan dalam semua tahapan kegiatan penelitian: perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian. Selama kegiatan penelitian tindakan berlangsung diharapkan pihak-pihak yang terkait langsung dengan kegiatan praktik juga ikut terlibat dalam proses penelitian
Agar membantu guru dalam menerapkan salah satu model yang akan dipaparkan di bawah ini, akan diuraikan juga penerapan salah satu model yang tetah dicobakan rnelalui PT. yaitu model Berbicara mendongeng dengan menggunakan metode paired storytelling. di bawah ini ditawarkan beberapa model pembelajaran yang selanjutnya dapat dikembangkan oleh guru. Dari model-model ini, diharapkan guru memiliki ide baru atau terinspirasi untuk mengembangkan metode pembelajarannya sehingga semakin menarik minat siswa dalam meningkatkan keterampilan berbiearanya. Ada beberap kegiatan berbicara yang digunakan guru untuk melatih kemampuan berbicara siswa. Bentuk-bentuk kegiatan berbicara tersebut dikemukakan oleh Nurgiyanto antara lain.
1)      Pembicaraan berdasarkan gambar
2)      Wawancara
3)      Bercerita, mendongeng
4)      Pidato
5)      Diskusi
Pembicaraan berdasarkan paired storytelling bercerita dengan mendongeng memberikan kesempatan siswa untuk mendongeng dihadapan teman-temannya secara berpasangan, satu kelompok terdiri atas dua orang siswa, sewaktu mereka tampil mendongeng dengan berpasangan siswa tersebut dapat bercerita isi dalam dongeng tersebut secara bergantian, dengan judul dan isi cerita yang sama. Dengan metode ini guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran karna siswa diminta untuk tampil berbicara didepan kelas dengan salah seorang temannya, selain itu keunggulan metode ini dalam proses pembelajaran bercerita adalah dengan siswa tampil secara berpasangan, diharapkan dapat memotivasi siswa lain dan menunbuhkan sikap kerjasama dan kekompakan pada diri siswa.


Daftar Pustaka
1     Tarigan Henry Guntur. Berbicara sebagai Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008). h. 6
2 Yudha M dan Rudyanto, Pembelajaran Koorperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak, (Jakarta: Depdiknas, 2005). h. 7.
3.    Huda, Mifttahul. Cooorperatif Learning (Metode, Tehnik, Struktur, dan Model Penerapan. (Yogyakarta: Putaka Pelajar 2013), hh.151-153
4 Anita Lie. Coorperatif Learning: Memperaktikkan Coorperati Learning di Ruang-Ruang Kelas (Jakarta: Grasindo, 2008), h.71
5.    Arends, Richard. Learning to Tech. (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.5
6.    Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Peniiaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. (Yogyakarta: BPEF.2001), hh.278-291







Komentar